Senin, 09 Februari 2015

18 Kata Dari Kita Yang Pertama


18 Kata
yang Pertama




Atra Senudin:
telinga, bisu, imajinasi

Maulana Rizki:
gambar, kokoh, tikar

Arya Dhimas:
lirih, terpa, gurih

Dadi Reza:
putih, kota, tersesat

Kim Al Ghozali:
kerikil, debu, cahaya

Sulis Gingsul:
kepiting, sederhana, android


-----------------------------------------------------------------------------------


IMAJINASI  BISU


Telinga tuaku sulit diberi kata waktu
Hanya kebisuan  yang mengisi ruang kosong
Jauh dan entah kapan sampai di pikiran
Wajah penuh luka oleh debu kata
Pikiran hampa tanpa cahaya

Ini imajinasi bisu dari kata yang tersesat
Membayang android seperti kepiting
Mencapit setiap jiwa yang gurih
Tersantap cahaya kota    tersaji sederhana
                                      Putih nyala

Telinga tuaku kini berbaring di atasdipan kokoh
Diselimuti tikar pandan lusuh dan berdebu
Adakah gambar presiden  di dinding itu juga membisu
Kerikil kata rakus dan  senator senator yang tersesat

Imajinasiku luruh diterpa                   lirih di kata



Aryadimas Ngurah Hendratno, 2015
-----------------------------------------------------------------------------------





Imajinasi


Imajinasimu masih berkeliaran
Diantara kokoh tiang penyanggah ucapan lirih si Bisu

Kepiting ini mulai linglung
Sebentar lagi mungkin saja akan limbung
Diterpa gurih selera tikar bergambar sebilah belati

Kelak telingamu mendengar
Bisikan makna sajak ini
Dari pendar cahaya lampu kota
Atau dari kerikil yang melubangi telapak kakimu
Atau mungkin saja dari debu yang luput dibasuh

Jika belum kau temukan juga
Ambil saja androidmu
Mulai menulis sajak baru dan
Lafalkan ini "Hehehe"

Sederhana bukan?
Aku sedang bergurau
Padamu yang tersesat di lugu putihku.


Atra Senudin, 2015
-----------------------------------------------------------------------------------




Surga Android



suaramu lirih nyanyi lagu sedih
seperti nyanyian bisu kepiting
yang tersaji gurih
                  di tikar persembahan
                           warung sari laut

putih imajinasimu itu bukan cahaya
itu angan yang berasal
                  dari gambar lampu kota

suara debu kerikil
         menerpa ujung telingamu

"sulitkah bagimu membaca
petunjuk sederhana 
                  yang kokoh terpancang
pada sisi perjalananmu ?"

"atau kau lebih suka tersesat
di jalan menuju
surga androidmu itu ?"

=

Maulana Ramza Rizki
-----------------------------------------------------------------------------------




                      SERUPA PUISI


                   selembar telinga
   bergambar imajinasi
                          nempel di dinding buku
                  bersampul puisi

ada tangan bisu
          membalik halaman buku
kata dan suara menghampar
seperti tikar menggelepar
kokoh namun gurih
                    lirih bahasa sederhana
                       diterpa  cahaya
      sesat melesat di atas punggung angin
dan kelepak sayap dingin

kala malam telah menghamba
               pada kota dan kaki gulita
ia beranjak dari samudera
ekornya yang putih    menyentuh
     seluruh kerikil  dan debu gang gang buntu

di seberang kelam   seekor kepiting bernyanyi
ode buat perempuan yang berkekasih android


(Kim Al Ghozali)
-----------------------------------------------------------------------------------



Android


"Sungguh sederhana lukamu hari ini!" 
Kakekku berkelakar mengelus perihku di atas tikar
Setelah  kepiting sungaimu  nyapit  ibu jari kecilku.


Kerikil gunung kokohmu tersesat di kota rapuhku.
Sering tergesa aku berlalu, tak tahu mengucap rindu
kepada  semua yang sabar  mencintaiku secara bisu.


"Sudahkah imajinasi menyelamatkanmu dari waktu?" 
Jerit android yang bercahaya   dari waktu ke waktu. 
Kulihat gambar kepiting sungai nampak kian gurih 
                      merayu kekasihku yang kian canggih.

O langit bisu yang tak pernah putih,   berilah kami 
lirih rintikmu . Agar telingaku jauh dari derit rindu
Supaya mataku bersih dari terpaan debu.


Sulis Gingsul, 2015
-----------------------------------------------------------------------------------




Tidak ada komentar:

Posting Komentar